Black Finit Rilis Ulang Album “Digiyo Digiye” Pada Hari Musik Sedunia
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Setelah merilis video musiknya di kanal youtube Maret lalu, musisi Albert Gerson merilis ulang album berjudul Digiyo Digiye. Album tersebut merupakan album perdana Gerson yang pernah dirilis pada tahun 2015 dalam format cakram padat dan terjual habis.
Musisi kelahiran Maumere-Flores ini pindah ke Yogyakarta pada tahun 2002 dan memulai proyek solo bergenre reggae dengan nama Black Finit pada 2010. Setelah merilis beberapa single, jingle radio serta 1 EP Kiri Kanan dan album penuh Digiyo Digiye, pada tahun 2017 Gerson berkolaborasi dengan produser Grayce Soba (Soba Studio) untuk merekam beberapa lagu bergenre EDM (electronic dance music) dimana Gerson memainkan gitar serta bernyanyi.
Saat menyiapkan album gres bertajuk Tana, Black Finit tetapkan masuk ke administrasi DoggyHouse Records, sekaligus merekam sebuah single berjudul Bukan Puisi. Komposisi yang diciptakan oleh seniman fotografi kontemporer, Angki Purbandono ini, menjadi sebuah pengalaman gres bagi Gerson dalam hal menyanyikan lagu karya orang lain serta bekerja dengan tim produksi yang profesional.
Untuk keperluan itu, Gerson dengan rela merombak image-nya menjadi lebih berkelas dengan pinjaman stylist Itta “Mixxit” S Mulia. Tak ketinggalan Agan Harahap pun turut memoles Gerson melalui sentuhan tangan cuek karya fotografinya yang dipakai sebagai artwork single tersebut.
Lirik Bukan Puisi menceritakan wacana seseorang yang mensyukuri kehidupan dengan segala keindahan alam semesta dan segala keberagaman manusianya. Sebagai insan yang mempunyai banyak teman, yang saling menghormati alasannya yakni saling menjunjung tinggi toleransi walaupun mempunyai pandangan hidup yang berbeda. Agama, suku, ras bahkan pilihan politik yang berbeda seharusnya bukan menjadi halangan untuk tetap menjaga nyala api toleransi terhadap keberagaman di Indonesia ketika ini. Karya video musik tersebut dapat diakses pada kanal https://www.youtube.com/doggyhouserecords.
Pada album Digiyo Digiye yang berisi sebelas lagu dengan sebagian besar berbahasa Indonesia, dirilis ulang oleh DoggyHouse Records dalam format digital. Saat ini Black Finit masih berkutat di studio untuk proses mixing mastering album terbarunya, Tana.
Digiyo Digiye merupakan istilah yang dibikin sendiri oleh Gerson yang ternyata mempunyai kemiripan dengan istilah yang ada di Papua. Digiyo Digiye sendiri diartikan Gerson sebagai sebuah istilah melaksanakan gerilya keluar masuk di dalam hutan.
Dalam balutan reggae dengan dentuman bass yang kuat, Digiyo Digiye banyak bercerita wacana curahan isi kepala laki-laki kelahiran Maumere ini selama meniti kehidupan di Yogyakarta. Mulai dari Di Jogja tentang hangat senyum kota Gudeg yang damai, cinta yang mengalir nrimo apa adanya di Mari Bercinta, sampai lirik “maling – maling sesama maling, perut – perut buncit saling tusuk” pada lagu Mohon Ampunan.
Album Black Finit Digiyo Digiye dapat dinikmati melalui kanal digital seperti iTunes, Spotify, Deezer dan kanal lain, dirilis pada 21 Juni 2019 bertepatan dengan Hari Musik Sedunia (World Music Day).
Album Digiyo Digiye rencananya akan diluncurkan pula dalam bentuk cakram padat terbatas (limited CD) dengan perhiasan dua lagu yang dirilis DoggyHouse Records yaitu Bukan Puisi dan Damai Natal (featuring Orkes Kampoeng Wangak).
Editor : Sotyati