Busana Rancangan Siswa Kudus Dipamerkan Di Paris

FAST DOWNLOADads
Download





Fitria Noor Aisyah, 19 tahun dan Farah Aurellia Majid, 17 tahun, keduanya merupakan siswa kelas XII Sekolah Menengah kejuruan NU Banat Kudus jadi perwakilan siswi Sekolah Menengah kejuruan se-Indonesia di Paris. Keduanya membawa kain tenun Troso Jepara. Tema Troso Nimbrung paduan warna-warna bahari jadi pilihan keduanya. Acara yang diselenggarakan oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) ini mendapat demam isu meriah dari audiens di Paris.
 


Kudus: Busana rancangan dua siswa dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, telah dipamerkan di Paris, Prancis. Fitria Noor Aisyah, 19 tahun dan Farah Aurellia Majid, 17 tahun, keduanya merupakan siswa kelas XII Sekolah Menengah kejuruan NU Banat Kudus.
 


Farah menceritakan pengalaman pertama terbang ke Paris merupakan hal yang sangat mengesankan. Apalagi bertandang ke sentra model busana dunia guna mengenalkan hasil karya.







Bagaimana balasan anda mengenai artikel ini?








“Apalagi yang memeragakan model profesional di Paris,” ujar Farah usai peragaan busana dalam acara Pembekalan Pengawas Pembina dan Calon Pendamping Sekolah Menengah kejuruan se-Indonesia di Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Kudus, Selasa 25 Juni 2019.
 

Helatan yang diselenggarakan oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) itu juga diikuti oleh 20 desainer senior asal tanah air pada final tahun 2018. Farah dan Fitria jadi perwakilan siswi Sekolah Menengah kejuruan di Indonesia.
 

Keduanya setuju membawa desain busana dari kain tenun Troso Jepara. Ada sekitar 30 busana hasil rancangan yang dibawa ke Paris. Tema yang diangkat dalam busana yang dirancang yakni Troso Nimbrung.
 

“Troso Nimbrung itu kami pilih dengan paduan warna-warna laut, sebab Jepara wilayahnya berbatasan dengan pantai,” kata Farah.
 

Lebih dari itu, model busana yang mereka desain yakni Wear Modest. Yakni busana yang sanggup dikenakan oleh siapa saja tanpa mengusut latar belakang agama.
 

“Kami pilih Wear Modest semoga sanggup dikenakan baik wanita bermacam-macam Islam maupun nonmuslim. Sebab, dalam model yang memeragakan busana kami dari Paris semua,” ucap Farah.
 

Dari hasil desain Troso Nimbrung, Fitria menambahkan, mendapat demam isu meriah dari audiens di Paris. Apalagi ketika mereka tahu ternyata yang mendesain merupakan gadis belia yang masih duduk di dingklik sekolah.
 
“Loh, ternyata yang mendesain masih sangat muda,” kata Fitria.
 

Dari talenta yang mereka miliki sebagai desainer dan hobinya menggambar keduanya mempunyai perbedaan ketika mendesain busana. Farah lebih bahagia dengan busana bernuansa haute couture. Sementara Fitria lebih gandrung mendesain busana bernuansa ready to wear.
 
“Ready to wear desainnya praktis tapi memang enjoy ketika saya mendesain itu,” ujar Fitria.
 

Kini keduanya gres saja lulus dari dingklik SMK. Mereka juga sudah mendapat ajuan untuk ke ibu kota guna memperdalam keahliannya sebagai desainer. Tanpa pikir panjang, keduanya sepakat. Sebab, mimpi untuk menjadi desainer handal tanah air semakin dekat.
 

“Kami akan memperdalam keahlian mendesain hingga benar-benar kami mahir. Tawaran itu tiba dari pembimbing kami di IFC,” tutur Fitria.
 

Apa yang dicapai Farah dan Fitria ketika ini tidak terlepas dari tugas sekolah. Di dingklik sekolah, mereka diajarkan banyak hal.
 

Mulai dari mengonsep, mendesain, memola, hingga produksi busana didalaminya di Sekolah Menengah kejuruan yang hanya mempunyai satu jurusan, yakni tata busana. Semuanya ini dilakukan untuk menjadi desainer yang handal. 
 


 


(TIN)






>>Artikel Asli<<


FAST DOWNLOADads
Download
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url