Fitria Anindita Putri Sukses Bisnis Makanan Berkat Memasak Sarapan Buat Suami

FAST DOWNLOADads
Download





KONTAN.CO.ID – Memang sangat menyenangkan jikalau hobi menjadi sumber cuan. Melakukan aktivitasnya tentu akan penuh kesenangan dan sukacita.


Begitu banyak pengusaha yang berangkat dari hobi kemudian bisa menghasilkan pendapatan yang menggiurkan. Fitria Anindita Putri, salah satunya.


Melalui perjuangan masakan khas Jepang, pemilik By Anind yang terkenal dengan sajian mentai shirataki salmon ini bisa mendulang omzet ratusan juta rupiah sebulan. Dan, omzet itu ia sanggup hanya dalam tempo sekitar satu tahun.


Sejak kecil, Anin, panggilan akrabnya, memang sudah bercita-cita menjadi pengusaha restoran. Perempuan 30 tahun ini kemudian melanjutkan pendidikan ke Jurusan Manajemen Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan.


Hobinya menyantap banyak sekali kuliner ikut menambah kesungguhan untuk jadi pengusaha kuliner. Selepas lulus kuliah pada 2011, Anin merintis perjuangan kecil-kecilan dengan menciptakan hidangan epilog alias dessert.


Ketika itu, ia gres menjualnya lewat media umum Twitter dan dari lisan ke mulut. Namun ternyata, dessert buatannya tidak terlalu diminati.


Bahkan, sepanjang hari sering sekali tidak ada pesanan yang masuk. “Kebanyakan cuma beli sekali saja, terus udah enggak pesen lagi,” kenang Anin.


Bertolak dari kenyataan itu, Anin mengambil pelajaran. Kesimpulannya, pengecap masyarakat Indonesia belum terlalu familier dengan dessert yang kebanyakan mempunyai rasa manis.


Ibu satu anak ini pun tetapkan untuk memperdalam ilmu soal dessert dengan mengambil kursus singkat hidangan epilog ala Jepang. Dessert negeri matahari terbit jadi pilihan Anin alasannya ialah kebanyakan hidangan epilog berkiblat ke Prancis. Ia juga ingin sajian gres untuk perjuangan kulinernya.


Tapi, ia tidak pribadi melanjutkan perjuangan kuliner, melainkan menentukan bekerja sebagai pengajar kelas memasak di sebuah perusahaan franchise Amerika Serikat (AS) di Jakarta. Tapi, alasannya ialah kelahiran anak pertama, Anin harus melepas status karyawan penuh menjadi paruh waktu. “Tambah lagi, ketika itu kantor juga pindah ke Serpong, saya kerepotan membagi waktu,” ungkapnya.


Nah, ketika melakoni pekerjaan paruh waktu itu lah, ia kembali memulai perjuangan kuliner. Langkah tersebut berawal ketika menciptakan sarapan untuk sang suami.


Ketika itu, masih ada sisa daging ikan salmon yang biasa ia suguhkan untuk anaknya. Anin lantas menciptakan mentai shirataki. “Ternyata, kata suami, rasanya enak,” ungkapnya.


Anin pun memberanikan diri mengatakan kuliner hasil racikannya itu lewat Twitter, Instagram, dan pribadi ke teman-temannya. Hari pertama berlalu dan belum juga ada yang minat.


Tapi, ia tak patah arang dan terus bersabar, hingga balasannya satu per satu pesanan masuk. “Ternyata, dari yang memesan ini terus repeat order (pesan lagi),” ujarnya.


Sampai-sampai pesanan yang mengalir semakin deras menciptakan Anin kewalahan. Maklum, ia masih bekerja paruh waktu sebagai pengajar kelas memasak.


Akhirnya, Anin tetapkan berhenti kerja pada 2017. Dengan modal awal Rp 500.000 untuk membeli materi baku, ia mantap melangkah untuk fokus membesarkan perjuangan masakan khas Jepangnya.


Tembus 500 loyang


Bisnisnya makin maju sehabis bergabung menjadi kawan Go-Food, aplikasi pesan antar kuliner besutan Go-Jek, pada Juli 2018. Permintaan yang tiba melonjak drastis.


Dari sebelumnya cuma dua loyang per hari, jadi 500 loyang sehari. Dengan harga jual Rp 47.000 hingga Rp 85.000 per loyang, bisa kita hitung sendiri omzetnya.


Tak hanya omzet yang meroket, kerjasamanya dengan Go-Food juga menciptakan Anin tak perlu terlalu pusing memikirkan promosi. Jaringan Go-Food sudah sangat luas. “Tapi, untuk posting di Instagram dan medsos lainnya tetap dijalani alasannya ialah tetap membantu,” ujarnya.


Kebanyakan konsumennya ialah pegawai kantoran di wilayah Jakarta dan Tangerang. Sisanya dari pemesan rumahan. “Yang rumahan memesan untuk konsumsi pribadi, juga program ulang tahun dan terkadang pernikahan,” terang Anin.


By Anind menyediakan salmon kani mentai rice, shirataki casserole, dan shirataki tektek. Harganya berkisar Rp 47.000 hingga Rp 85.000 per loyang. Yang paling favorit ialah salmon mentai yang berkontribusi hingga 90% lebih dari total penjualan By Anind.


Salah satu keunggulan mentai racikan Anin ialah pemilihan materi baku ikan salmon yang masih segar lagi berkualitas tinggi. “Saya memakai materi baku yang paling unggul, yakni jenis ikan salmon trout bukan norway,” akunya.


Memang konsekuensinya, harga salmon trout lebih mahal. Selisihnya bisa mencapai Rp 50.000 per kilogram (kg) dibanding jenis norway.


Dan, harganya tergolong fluktuatif alasannya ialah produk impor. Jadi, terpengaruh sekali dengan pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).


Tapi, ketika harga materi baku naik, Anin tidak mengerek harga jual produk. Baginya, pelanggan ialah raja. Sehingga, ia menentukan opsi mendapat laba yang lebih sedikit ketika harga salmon naik.


Seiring bisnis yang membesar, Anin yang awalnya membeli salmon di supermarket sekarang mempunyai empat pemasok di Jakarta. Jadi, ia tak lagi kesulitan memperoleh salmon. “Apalagi, salah satu supplier ialah mertua,” ungkapnya tertawa.


Sedang untuk kemasan, ia menentukan mendatangkan pribadi dari Yogyakarta alasannya ialah faktor harga. Harga kemasan dari penjual di Jakarta dan sekitarnya lebih mahal.


Saat ini, untuk mengerjakan pesanan, Anin mendapat pinjaman dari empat karyawan. Jumlah pekerja ini bertambah dibanding 2017, ketika pesanan mulai menanjak ia hanya mempekerjakan dua karyawan.


Meski begitu, di momen-momen tertentu, ia kesulitan menangani ajakan yang masuk. Biasanya, order melonjak di tanggal-tanggal gajian karyawan, yakni antara final bulan hingga awal bulan. “Kalau ada salah satu karyawan yang tidak masuk, terpaksa suami izin tidak masuk kerja untuk membantu saya,” katanya.


Sebetulnya, Anin ingin menambah sumberdaya insan (SDM). Tapi, ia masih pikir-pikir. Banyak pertimbangannya. Mulai belum menemukan karyawan handal dan betul-betul bisa dipercaya, hingga proses produksi yang masih berlangsung di dapur rumah.


Ini yang menciptakan Anin harus pintar-pintar menentukan karyawan, khawatir privasinya terganggu. “Apalagi, saya punya anak kecil,” tegasnya.


Buka cabang


Ke depan, Anin berencana membuka cabang di tempat lain. Sebab order mulai menyebar, bukan cuma Jakarta dan Tangerang, tapi juga Bogor, Depok, dan Bekasi. Tentu, pengiriman dari rumahnya di tempat Duren Sawit, Jakarta Timur, jadi butuh waktu lebih lama.


Terlebih, produknya mempunyai tempo yang tidak terlalu usang untuk dikonsumsi. Waktu terbaik ialah hingga tiga jam semenjak selesai dibuat. Maksimal ialah lima jam, dan kalau sudah lewat dari waktu itu, maka harus segera masuk lemari pendingin atau kulkas.


Untuk lokasi cabang, Anin masih mempelajari dan mencari tempat yang pas. Data-data pelanggan ia dapatkan dari Go-Food. Cuma, menurut data dari Go-Food, tempat yang jadi kandidat terkuat untuk cabangnya ialah wilayah Bintaro, Tangerang Selatan.


Kalau jadi membuka cabang, Anin akan mempercayakan pengelolaannya kepada temannya semasa kerja jadi pengajar kelas memasak di perusahaan franchise AS. Ia juga punya impian mempunyai dapur yang standar dan luas supaya bisa mendongkrak kapasitas produksi.


Sedangkan untuk jangka dekat, Anin akan meluncurkan sajian terbaru di bulan puasa. Ia optimis, dessert teranyarnya mendapat sambutan hangat di pasar. Selain nama besar By Anind, ia menemukan formula shirataki yang bisa pas dengan rasa bagus tapi tidak asing di pengecap orang Indonesia.


Apalagi, By Anind gres saja menyabet Juara Partner Go-Food Inovasi Terbaik 2019.




Reporter: Merlinda Riska
Editor: S.S. Kurniawan









>>Artikel Asli<<


FAST DOWNLOADads
Download
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url