Infografis: Michel Platini Masuk Bui
PARIS – Mantan Presiden UEFA Michel Platini kembali berurusan dengan hukum. Legenda sepak bola Prancis ini ditangkap oleh Badan Anti-Korupsi Kepolisian Yudisial Prancis (OCLCIFF) di Nanterre, Selasa (18/6), pagi waktu setempat. Penangkapan ini dilakukan atas dugaan keterlibatan laki-laki 53 tahun itu dalam praktik jual-beli bunyi pada pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022 yang dimenangi Qatar.
Pada hari yang sama, OCLCIFF juga menahan Sophie Dion, mantan penasihat olah raga Nicolas Sarkozy ketika beliau menjabat sebagai Presiden Prancis. Claude Gueant, mantan Sekretaris Jenderal Istana Kepresidenan Prancis di masa Sarkozy, juga diperiksa oleh pihak penyelidik dalam kapasitasnya sebagai saksi. Tapi, beliau tidak ditahan.
Platini yang pernah berkibar sebagai gelandang serang Juventus FC pada masa 1980-an, terpilih sebagai Presiden UEFA pada Januari 2007. Dia sempat menduduki jabatan tersebut selama lebih dari delapan tahun sebelum dilengserkan pada Oktober 2015 alasannya kasus korupsi.
Baca Juga :
– Piala Amerika Bisa Kaprikornus Pertaruhan Terakhir Messi
– Felix Sanchez, di Balik Kunci Sukses Qatar
Platini terbukti mendapatkan suap 1,35 juta paun dari mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter, sehingga dijatuhi hukuman empat tahun oleh Komite Etik Independen FIFA. Dia telah menjalani hukuman tersebut selama tiga setengah tahun dan hukumannya akan berakhir Oktober mendatang.
Tapi kini, Platini terancam eksekusi yang jauh lebih berat alasannya dicurigai terlibat dalam praktik jual-beli bunyi pada pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022. Pemilihan yang dilakukan pada Desember 2010 itu dimenangi oleh Qatar. Meski begitu, ada sejumlah kontroversi di balik kemenangan negara Timur Tengah tersebut.
Blatter, yang masih menjabat sebagai Presiden FIFA ketika pemilihan itu dilakukan pada 2010, menuding Platini telah mengkhianati kesepakatan belakang layar di antara mereka. Saat itu keduanya setuju untuk menentukan Amerika Serikat sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Platini sendiri pernah mengisyaratkan bahwa dirinya mungkin pernah berjanji kepada pihak AS untuk menentukan negara itu. Tapi, beliau berubah pikiran sehabis mengikuti sebuah pertemuan di hotel Elysee pada November 2010. Pertemuan yang dibungkus sebagai program makan siang bersama tersebut digagas oleh Sarkozy yang ketika itu menjabat Presiden Prancis.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh putra mahkota Qatar ketika itu, Tamim bin Hamad al-Thani, yang sekarang menjabat sebagai Emir. Dia didampingi oleh Sheikh Hamad Bin Jassem yang ketika itu merupakan Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar.
Menurut majalah France Football, pertemuan itu membahas sejumlah topik penting. Di antaranya rencana pembelian klub Ligue 1, Paris Saint-Germain (PSG), oleh investor Qatar yang akan dilaksanakan pada Juni 2011, serta penambahan saham pihak Qatar di perusahaan media Prancis, Lagardere Group. Mereka juga membahas rencana pendirian jalan masuk olahraga BeIN Sports untuk menyaingi stasiun televisi Canal+.
Agar semua rencana itu sanggup terlaksana, dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022, Platini harus berjanji untuk tidak menunjukkan suaranya kepada AS melainkan Qatar. Tapi, Platini membantah tudingan tersebut.
“Saya sudah memutuskan untuk menentukan Qatar sebelum program makan siang tersebut dan saya menemui Nicolas Sarkozy untuk memberikan keputusan itu. Saya tidak tahu bahwa perwakilan dari Qatar juga akan hadir di sana,” katanya.
Platini juga tidak menampik bahwa dirinya sempat berniat menentukan AS sebelum diyakinkan oleh ajuan yang diajukan pihak Qatar. Tapi, mantan Wapres FIFA di masa Blatter, Jack Warner, pernah mengungkapkan adanya surat elektronik (e-mail) yang membeberkan bahwa Qatar diduga telah “membeli” Piala Dunia 2022.
Baca Juga :
– INFOGRAFIS: Tantangan Baru Buat Sarri
– INFOGRAFIS: Preview Persebaya Vs Madura United
Upaya yang dilakukan Qatar untuk membawa Piala Dunia ke Timur Tengah untuk kali pertama memang menuai banyak kecurigaan. Seorang jaksa asal AS, Michael Garcia, pernah mengungkapkan bahwa sejumlah faktor di Qatar kemungkinan tidak memenuhi standar yang dituntut oleh FIFA. Tapi, beliau juga mengakui tidak menemukan pelanggaran yang dilakukan tim bidding Qatar.***RIJAL ALFURQON DARI BERBAGAI SUMBER