Joko Driyono Lakukan Pembelaan Dalam Sidang Masalah Penghancuran Barang Bukti
Joko Driyono juga mengakui telah menyuruh sopir pribadinya, Muhammad Mardani Morgot atau Dani, masuk ke Kantor PT Liga Indonesia. Padahal, Satgas Antimafia Bola telah memasang police line atau garis polisi pada lokasi tersebut.
“Yang pertama, dengan informasi yang terbatas yang saya peroleh, saya sama sekali tidak mengetahui bahwa yang diberi police line yaitu pintu Kantor PT Liga Indonesia. Yang ada di benak saya yaitu pintu ruangan manajemen Komdis PSSI dan ruang rapat. Mengingat ketika penggeledahan terhadap ruangan Komite Wasit PSSI yang berkantor di salah satu ruangan di kantor Gelora Trisula Dewata (GTS) di Menara Rajawali, yang disegel hanya ruangan yang ditempati Komite Wasit.”
“Begitu pula di dalam benak saya terhadap kedatangan Satgas Antimafia Bola ke kantor PT Liga Indonesia, di situ terdapat 11 ruangan dengan tiga institusi yang aktif berkantor, yakni Persija Jakarta, kantor EO Football, dan ruangan Komdis PSSI,” terangnya.
Joko Driyono melanjutkan, dirinya hanya menyuruh Dani untuk mengemas beberapa barang pribadinya yang terkait dengan posisinya sebagai Wapres Asean Football Federation (AFF) dan jabatan lainnya.
“Saya hanya perintahkan untuk ke ruangan kerja eksklusif saya untuk mengambil barang-barang eksklusif dan alat kerja milik saya. Karena di ruangan itu saya bekerja dalam kapasitas saya bukan sebagai pimpinan PSSI, tetapi sebagai Wapres AFF dan anggota Komite Adhoc di AFC,” terang laki-laki asal Ngawi tersebut.
Menjawab pertanyaan majelis wacana mengapa dirinya meminta Dani untuk mengambil rekaman yang tersimpan di decoder CCTV di kantor Liga Indonesia, dikatakannya bahwa dirinya memasang CCTV di Kantor PT Liga Indonesia semenjak enam tahun lalu.
Sebab, kemampuan memori penyimpan CCTV tersebut hanya lima hari kerja. Sehingga begitu dirinya mendengar Satgas Antimafia Bola mendatangi kantor PT Liga Indonesia, dirinya meminta Dani untuk mematikan CCTV dan mengambil decoder untuk keperluan terdakwa semoga sanggup melihat acara lima hari ke belakang sebelum kedatangan Satgas Antimafia Bola.
“Apalagi ketika itu saya tidak berada di Indonesia,” imbuhnya seraya menambahkan bahwa dirinya sangat tidak keberatan apabila isi rekaman CCTV itu dibuka di muka persidangan.