Kampanye perlu dengan mengenalkan kepada anak muda dampak hidup sehat tanpa rokok.
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO — Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Edi Santoso mengapresiasi dan mendukung tentang pemblokiran iklan rokok di internet. Namun, ia menilai perlu dibarengi dengan kampanye hidup sehat.
“Wacana pemblokiran itu patut diapresiasi dan didukung sebagai salah satu cara mencegah peningkatan jumlah perokok pemula, namun sebaiknya jangan menjadi aktivitas tunggal, alasannya yaitu perlu dibarengi kampanye hidup sehat,” katanya di Purwokerto, Ahad (23/6).
Edi yang merupakan dosen Magister Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed tersebut mengatakan, soft campaign (kampanye halus/kampanye tidak langsung) dengan mengenalkan kepada anak muda dampak hidup sehat tanpa rokok akan menarik dan mengena di hati para milenial. “Kampanye berisikan narasi hidup sehat tanpa rokok dengan cara kreatif dan kekinian akan menarik bagi kalangan milenial,” katanya.
Karena itu, kata dia, pemblokiran iklan rokok di internet yang dibarengi dengan kampanye antirokok melalui narasi hidup sehat tanpa rokok akan makin efektif. Terlebih lagi, teladan hidup sehat mulai dari makanan, olahraga dan lain sebagainya mulai terkenal di media umum sebagai bab dari gaya hidup kaum milenial.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyatakan serius untuk memblokir iklan rokok di kanal-kanal media umum guna mencegah peningkatan jumlah perokok pemula yang menyasar anak-anak. “Sudah ditutup, tapi harus kolaborasi dengan Kemenkes, 114 yang ditutup, nanti kita akan lanjutkan,” kata Nila dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (18/6).
Menurut Nila, ketika ini belum ada regulasi mengenai pembatasan iklan rokok di media sosial. Karena itu, tim dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah membahas terkait regulasi tersebut.