Jakarta (ANTARA) –
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Bandung Yusa Djuyandi mengingatkan perlunya kekuatan oposisi dalam sistem politik demokrasi di Indonesia.
“Kekuatan oposisi tetap dibutuhkan untuk mengawasi kebijakan-kebijakan pemerintah, dan ini menjadi bab dari upaya mewujudkan ‘check and balance’ dalam sistem politik demokrasi,” kata Yusa dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Analis: Peran oposisi tidak kalah terhormat dari penguasa
Yusa menyampaikan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) memastikan Jokowi-Maruf menjadi pasangan Presiden dan Wapres periode 2019-2024.
Menurut dia, terpilihnya kembali Jokowi sebagai Presiden harus disikapi dan diterima dengan bijaksana oleh seluruh komponen bangsa.
Dia menyampaikan pasca-putusan MK dan dibubarkannya koalisi 02 banyak spekulasi bermunculan soal posisi partai koalisi pendukung Prabowo dan Sandi, di antaranya beberapa partai menyerupai PAN dan Demokrat yang akan bergabung ke dalam pemerintahan Jokowi-Maruf.
Baca juga: Ganjar sebut pentingnya tugas oposisi pada pemerintahan
Tidak hanya itu, ujar dia, muncul juga isu mengenai kemungkinan Gerindra dan PKS untuk masuk dalam pemerintahan, meski ketika ini kedua partai itu tetap menyatakan akan konsisten berada di luar pemerintahan Jokowi.
“Tidak dipungkiri kekuasaan akan selalu menggiurkan, namun kekuasaan tanpa kontrol akan menciptakan rakyat susah. Oleh alasannya yaitu itu oposisi diperlukan,” kata dia.
Menurut Yusa, posisi oposisi yang kritis dan selalu memperlihatkan masukan konstruktif juga akan menciptakan negara dan bangsa kuat, sehingga tidak selamanya masuk dalam pemerintahan yaitu solusi sempurna dan bijaksana.
Prospek 2024
Dia menekankan menjadi oposisi yang kritis merupakan modal politik bagi Pemilu 2024. Konsistensi politik juga akan dilihat oleh masyarakat, selama partai oposisi menjalankan prosedur “check and balance” dengan baik.
Dia menilai posisi oposisi tidak hanya menguntungkan partai dalam Pileg tetapi juga dalam Pilpres, sejauh partai-partai oposisi tetap solid dan bisa memunculkan capres potensial yang bisa membangun narasi kritis dan konstruktif selama lima tahun ke depan.
“Bila melihat pada kontestasi lima tahun yang akan datang, itu pun jikalau partai dalam koalisi BPN konsisten sebagai oposisi, maka ada beberapa capres potensial, menyerupai Anies Baswedan, Sandiaga Uno, dan AHY jikalau Demokrat tetap oposisi,” katanya.
Namun, kata dia, tidak menutup kemungkinan Prabowo sanggup maju kembali, selama Prabowo tetap bisa mempertahankan basis masa pendukungnya dan membangun narasi oposisi yang kritis dan konstruktif.
“Semoga partai-partai ketika ini tidak termakan dalam kekuasaan semata,” ujar dia.
Ini cita-cita rakyat untuk presiden terpilih
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2019