Emansifashion 2019, Angkat Budaya Nusantara Dengan Cara Antimainstream
loading…
Beranjak dari pola tiga pahlawan tersebut, maka hadirlah edutainment event bertajuk Emansifashion yang berlangsung di Museum Tekstil, Jakarta, 29-30 Juni 2019. Ya, Emansifashion merujuk dari dua hal, yakni emansipasi dan fashion. Lima mahasiswa pelopor Emansifashion, antara lain Nevio Nathanael, Cherlie Andriani, Nini Revalini Gunawan, Serly Tresia, dan Monica Sandra, bertekad mengangkat tema emansipasi yang antimainstream.
“Di sini kita ingin membawa emansipasi yang berbeda, alasannya ialah emansipasi itu tidak selalu membandingkan pria dan perempuan saja. Tapi, kita di sini ingin mengangkat perempuan jaman kini itu sanggup setangguh dengan perempuan jaman dulu, apalagi tiga pahlawan ini walaupun mereka berperang, tetapi mereka tetap fashionable. Makanya kita bilang tiga fashionable heroes,” terperinci Cherlie Andriani seusai gelaran Emansifashion di hari pertama, Sabtu (29/6).
Menurut Cherlie, RA Kartini mewakili generasi di bawah 27 tahun, kemudian Cut Nyak Dien berada di pertengahannya, dan Nyi Ageng Serang menggambarkan yang sudah lanjut usianya. “Nah, maunya sih dari sini, pengunjung sanggup pribadi seperti, ‘Ah gue ini RA Kartini banget… ah gue ini Cut Nyak Dhien banget… ah gue ini Nyi Ageng Serang banget’.”
Emansifashion, yang ingin meningkatkan kembali women empowerment, menyajikan theatrical fashion show dari dua desainer Yurita Puji dan Annisa Arumdari dari Essetra, yang menceritakan kisah kehidupan dari ketiga pahlawan tersebut dari dua zaman yang berbeda. Event ini juga dilengkapi dengan kehadiran thematic bazaar dengan tenant lokal yang telah dikurasi.
“Kebetulan Emansifashion ini bertepatan dengan bazar sulam dan bordir dari Wastraprema, jadi para pengunjung juga sanggup menikmati pameran-pameran kain sulam dan bordir. Sedangkan thematic bazaar, itu yang kita gandeng memang pebisnis-pebisnis awal yang muda, tapi yang value-nya memang sama dengan emansifashion, makanya produk-produknya ini lebih ke product knowledge,” papar Cherlie.
“Lalu ada juga workshop membatik, yang memang corak batiknya itu sanggup diubahsuaikan dengan daerah-daerah pahlawan atau kreativitas si pembuat batik itu sendiri, jadi sanggup custom. Dan tadi banyak banget peminatnya dari kalangan turis-turis mancanegara,” tambah gadis yang juga berperan sebagai Kepala Divisi Tim Kreatif Emansifashion 2019.
Rangkaian kegiatan-kegiatan tersebut pada akibatnya diakhiri dengan talkshow bertajuk Women Tea Talk “Dalam Fashion Tetap on Action” selama dua hari pelaksanaannya. Hari pertama, Women Tea Talk mengangkat tema “Sibuk Bisnis Tetap Modis” dengan pembicara Elise Santoso (owner Ballooney.id), Susianty Kawira (owner Yayasan Swastisvarna dan penulis buku Sang Penakluk Romantisme dan Perjuangan Hidup), dan Sri Sinta Iskandar (Wakil Ketua Wastraprema).
Sedangkan di hari kedua, Minggu (30/6), Women Tea Talk mengusung tajuk “Cantik Pakai Taktik?” dengan narasumber desainer Yurita Puji dan Genevieve Candy (Profesional Makeup Artist, Grooming and Makeup Trainer for Kenzo Plaza Indonesia, Makeup for @jashn.ca Runway model fashion week 2019, Brampton).
Sementara itu, program Emansifashion sendiri pada Sabtu pagi dibuka oleh Kepala Unit Pengelola Museum Seni yang diwakili Kepala Satlak Informasi dan Edukasi Unit Pengelola Museum Seni, Mis Ari, M. Hum.
Dalam sambutannya, Mis Ari menyatakan bahwa Emansifashion merupakan program yang sangat bagus, alasannya ialah bawah umur muda penggagasnya sangat kreatif dalam mengangkat kebudayaan Indonesia. “Bila bukan kita, siapa lagi? Bila bukan sekarang, kapan lagi?” tegas Mis Ari sebelum menutup sambutannya.
(nug)