Survei Setara Bikin Heboh, Begini Balasan Prof Najib Guru Besar Uin Sgd Bandung
BANDUNG,(PR).- Hasil penelitian Setara Institute yang menyatakan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung paling konservatif dalam beragama dan lebih fundamentalis, menuai perhatian publik. Khususnya di kalangan civitas akademik yang telah dilakukan survei.
Seperti diketahui Setara Institute merilis survei yang menyatakan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan UIN SGD Bandung memperoleh nilai tertinggi dengan potensi menjadi akar ekslusivisme dan sikap intoleran dibandingkan delapan kampus lain yang masuk objek penelitian. Dua kampus tersebut mempunyai secara umum dikuasai mahasiswa bercorak agama fundamentalis.
Hasilnya dari penelitian tersebut bila ditinjau dari poin yang ada, UIN Bandung menerima poin 45,0 dan UIN Jakarta menerima poin 33,0. Lebih lanjut Unram menerima 32,0 poin, IPB menerima poin 24,0 poin, UNY menerima poin 22,0 poin. UGM memperoleh 12,0 poin, Unibra memperoleh 13,0 poin, ITB menerima 10,0 poin, Unair menerima poin 8,0 dan UI memperoleh poin 7,0.
Terkait itu Guru Besar Ilmu Hadits pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof Dr.H. Moh Najib M.Ag menyatakan, pihaknya sangat prihatin dengan hasil penelitian tersebut. Apalagi diketahui banyak mahasiswa yang berpandangan radikalisme. Namun demikian disisi lain dirinya mengapresiasi penelitian yang dilakukan Setara Institute.
“Kita apresiasi bahwa setara institute sebagai forum yang bergerak dibidang riset merilis itu. Terlepas apa dan bagaimana metodeloginya, akan tetapi dari sisi akademis riset itu ranah yang perlu diapresiasi,” ujar Najib dalam dalam siaran pers yang diterima wartawan Pikiran Rakyat, Rabu, 3 Juli 2019.
Namun demikian, lanjutnya, terkait hasil survei yang menyatakan ada banyak mahasiswa yang terpapar radikalisme, pihaknya sangat khawatir dengan hal tersebut. “Ya kita prihatin ada pandangan pandangan yang terorientasi pada radikalisme. Apalagi kalau memang radikalisme itu mengarah pada nilai nilai yang bertentangan dengan falsafah negara, tentunya itu harus kita sikapi, bagaimana selanjutnya dilakukan training pembinaan yang tidak mengarah pada radikalisme,” Ucap Najib yang juga menjabat Ketua ICMI Korwil Jabar ini.
Menurutnya banyak hal yang sanggup dilakukan untuk mengatasi pandangan radikalisme dikalangan mahasiswa dan civitas akademi. Seperti halnya dengan menggelar diskusi, seminar, FGD, dan sosialisasi ihwal pandangan islam yang moderat serta pandangan islam yang berwawasan pada kebangsaan. “Jangan membenturkan antara pandangan agama dengan pandangan kebangsaan,” katanya.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan di UIN SGD Bandung. Diantaranya dengan melaksanakan pemetaan yang lebih komprehensif ihwal apa dan bagimana pandangan mahasiswa dan civitas akademik secara objektif, ihwal hubungan antara agama dan bangsa.
“Kita petakan juga bagaimana peta aliran radikalisme di kalangan civitas akademika itu, berapa persen pandangan pandangan yang mengarah ke radikalisme. Termasuk juga ditelusuri apa penyebabnya, apa dasar aliran mereka, apa landasannya, bagaimana nilai ideologi yang mereka jadikan referensi,” kata kandidat Rektor UIN SGD Bandung ini.***