Jakarta, Beritasatu.com – Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mempertanyakan perilaku lamban Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola Polisi Republik Indonesia dalam pengungkapkan kasus-kasus pengaturan skor di persepakbolaan nasional. Menurut Neta, Satgas Antimafia Bola seharusnya bersikap tegas dan cepat dalam mengungkap semua yang terlibat, terutama figur-figur yang namanya sudah muncul ke permukaan.
“Sikap lamban Satgas ini sangat berpotensi untuk dimainkan oknum-oknum di PSSI untuk menunda-nunda KLB. Tujuannya biar mereka dapat melobi calon-calon besar lengan berkuasa ketua umum, dan kasus-kasus yang melibatkan mereka dipetieskan. Jika oknum-oknum yang bermasalah di PSSI dapat melobi dan mendekati serta menyukseskan figur-figur tersebut menjadi Ketua Umum PSSI, nasib sepakbola Indonesia pun tak akan berubah,” ungkap Neta S Pane di Jakarta, Sabtu (15/6/2019).
“Kerja keras Satgas untuk membongkar berandal sepak bola nasional pun sia-sia. Untuk itu, Satgas harus bekerja cepat, dan tangkap semua oknum PSSI yang terlibat, dan segerakan KLB.”
Sejauh ini Satgas Antimafia Bola sudah memutuskan 17 nama sebagai tersangka pengaturan skor, termasuk mantan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI Joko Driyono yang ditetapkan tersangka perusakan barang bukti terkait kasus pengaturan skor Sayangnya, tidak semua yang sudah berstatus tersangka ditahan, termasuk Papat Yunisal. Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha juga sudah beberapa kali diperiksa Satgas.
Lalu Plt Ketua Umum PSSI Iwan Budianto kasusnya sudah naik ke tahap penyidikan bersama mantan Manajer Madura United Haruna Soemitro atas laporan mantan Manajer Tim Perseba Bangkalan Imron Abdul Fattah awal Januari 2019.
Penundaan KLB
Lebih lanjut Neta juga menyoroti keputusan dimundurkannya jadwal pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Sedianya, KLB dengan empat agenda, ialah merevisi Statuta PSSI dan Kode Pemilihan PSSI, serta memutuskan Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP) digelar pada 13 Juli 2019. Namun dengan dalih atas usul Federation of International Football Association (FIFA), melalui sepucuk surat kepada para anggota PSSI, Sekjen PSSI Ratu Tisha menyatakan KLB PSSI dengan empat kegiatan tersebut akan digelar pada final Juli atau awal Agustus 2019.
Menurut Neta, ada empat alasan megapa KLB PSSI diundur. Pertama, situasi politik Tanah Air yang masih panas sehingga dianggap belum aman untuk melaksanakan KLB. Kedua, belum tuntasnya masalah aturan yang melilit sejumlah orang penting di PSSI, bahkan banyak yang belum tersentuh, apalagi semenjak pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Satgas Antimafia Bola Polisi Republik Indonesia tampaknya tiarap dan tidak seagresif ibarat waktu-waktu sebelumnya, ialah memburu pihak-pihak yang diduga terlibat dalam berandal pengaturan skor atau match fixing. Kondisi ini dapat dimanfaatkan PSSI untuk melindungi oknum-oknumnya yang diduga terlibat.
Ketiga, kata Neta, belum adanya bakal calon Ketua Umum PSSI yang secara representatif muncul untuk menampilkan diri maupun programnya. Keempat, masyarakat sepak bola Indonesia, terutama yang bersentuhan dengan PSSI bersikap sangat hati-hati untuk menunggu “petunjuk” Polisi Republik Indonesia lewat Satgas Antimafia Bola. “Mereka khawatir kalau salah langkah akan digulung Satgas,” jelasnya.
Situasi ini, lanjut Neta, terang sangat merugikan dunia sepak bola nasional. “Kok PSSI takut dengan Satgas? Sikap takut oknum-oknum di PSSI ini tentu tak bangun sendiri. Bagaimana pun, mereka merasa tersandera dosa masa kemudian sehingga harus hati-hati menyikapi keberadaan Satgas. Ini tentunya sangat tidak sehat bagi masa depan PSSI,” tandasnya.
Sumber: BeritaSatu.com