Ricuh Pemilihan Ketua Koni Dianggap Lumrah
Jakarta, CNN Indonesia — Kericuhan yang mewarnai pemilihan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) menerima respons beragam. Sebagian di antaranya malah menganggap ini menjadi dilema lumrah.
Eks Wakil I Ketua Umum KONI Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga dan Pembinaan Organisasi periode 2015-2019, Suwarno, menilai kericuhan dalam pemilihan Ketum KONI periode 2019-2023 di The Sultan Hotel pada Selasa (2/7), lumrah terjadi.
Kericuhan sempat terjadi dalam Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas) yang diikuti 101 voters dari 34 KONI Provinsi dari 67 cabang olahraga tersebut.
Sejumlah pemilik bunyi sempat mendekati meja pimpinan sidang, baik dari sisi kanan maupun kiri untuk memprotes kepemimpinan sidang sementara yang diisi Wakil Ketua KONI Pusat I Nugroho.
Mantan Wakil Ketua Umum KONI Suwarno sebut ricuh di pemilihan ketua lumrah terjadi. (CNNIndonesia/M. Arby Rahmat Putratama H)
|
Beberapa voters tak terima karena akreditasi tatib tidak menurut bunyi secara umum dikuasai anggota.
“Oh, itu biasa saja. Kalau umpamanya kami melakukan musyawarah dan sebagainya. Memang suasana kebatinan kepengurusan olahraga masih begitu ya, saya melihat sesuatu yang biasa,” kata Suwarno kepada CNNIndonesia.com.
Senada dengan Suwarno, Ketua Umum Persatuan Baseball dan Softball Seluruh Indonesia (Perbasasi) Andika Monoarfa menyampaikan kekisruhan-kekisruhan di ruang sidang sebagai suaru hal yang normal. Ia menilai hal ibarat itu niscaya terjadi dalam sebuah pemilihan ketua umum.
|
“Saya sih tadi lebih banyak ketawa-ketawa saja sih, alasannya buat saya namanya kan ‘Musyawarah Olahraga Nasional’. Kalau disebut kekisruhan, tadi ya namanya dinamika demokrasi saja,” ucap Andika.
Lebih lanjut, Andika memaklumi kekisruhan yang terjadi di ruang Musornas.
“Kita kan tidak sanggup menyenangi banyak orang, niscaya ada pihak yang bahagia dan tidak dengan segala jenis keputusan. Keputusan itu harus diambil. Ketika keputusan itu sudah diambil A, kemudian ada pihak-pihak yang maunya B dan tidak sanggup diambil, ya secara natural niscaya mereka akan merasa kecewa,” ujar dia.
“Itu manusiawi, begitu. Selama itu bukan sesuatu yang dipaksakan atau anarkis, saya anggap normal-normal saja. Itulah demokrasi, harus kita telan,” ungkapnya melanjutkan. (map)